Selasa, 15 Oktober 2013

Entin Penjual Kue Donat


Entin, begitulah ia biasa dipanggil oleh teman – temannya. Entin ialah seorang anak kecil berusia 8  tahun yang masih duduk di kelas 4 SD. Wajahnya yang lugu berbanding terbalik dengan kerasnya hidup yang dijalani. Di usia dini, Entin harus berjualan demi memenuhi kebutuhan sehari – hari seperti makan dan untuk biaya sekolah. Kemanakah orang tua Entin? Itu adalah pertanyaan yang sangat sulit dijawab olehnya. Sejak kecil ia tidak mengetahui dimana keberadaan ayahnya. Ayah Entin, Sutrisno, pergi sejak Entin masih di dalam kandungan. Ibu Entin, Ani, sedang mengadu nasib di ibu kota untuk menghidupi kehidupan keluarganya. Namun sudah 2 tahun terakhir, ibunya tidak memberi kabar dan tidak lagi mengirim uang, entah dimana dia berada.
Saat ini Entin tinggal di sebuah desa kecil bersama dengan Nek Ijah, keluarga satu – satunya yang dimiliki Entin. Nek Ijah sangat berjasa merawat Entin selama ia ditinggal pergi kedua orang tuanya. Nek Ijah berprofesi sebagai tukang kebun serabutan yang biasa dipanggil oleh Juragan Singkong di dekat rumahnya. Nek Ijah bekerja dari pukul 7 pagi hingga pukul 3 sore hanya dengan upah Rp. 5000/hari, upah yang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama dengan Entin.
Biaya kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat berimbas sangat besar terhadap kelangsungan kehidupan Entin dan Nek Ijah. Untuk mencukupinya, sepulang bekerja di kebun Nek Ijah segera membuat kue donat, alasannya kue donat banyak digemari oleh anak – anak dengan pembuatan yang mudah dan biaya yang murah. Setelah kue donatnya selesai, Entin siap mendagangkan kue donat buatan Nek Ijah ke tetangga dekat rumah ataupun desa sebelah. Entin tidak akan pulang sebelum dagangannya habis, dengan suara yang lantang Entin menjajakan kue donatnya. Jarak yang lumayan jauh dan kondisi jalan yang masih beralaskan kerikil bercampur tanah tak mampu mematahkan semangat Entin untuk berjualan. Bisa dibilang kue donat Nek Ijah adalah kue donat yang memiliki cita rasa super, dengan Rp. 500,-/buah harga yang relatif terjangkau untuk masyarakat sekitar.
Hari demi hari mereka lalui, semua mereka jalani dengan ikhlas sambil tetap berdoa kepada Sang Kuasa agar diberikan jalan keluar atas apa yang tengah mereka hadapi. Didalam setiap shalatnya, Entin berdoa agar ibunya dapat segera pulang, hidup bersama dengan Entin dan Nek Ijah. Tak perlu uang banyak, saat ini hanya kebersamaan yang diinginkan oleh Entin, kebersamaan untuk menjalani kerasnya hidup.


Kamis, 03 Oktober 2013

SANG SURYA

Sang Surya.............
Tak jua lelah engkau timbul tenggelam
Tuntaskan tugas yang engkau emban
Memberikan sinar kehidupan

Teriknya sang surya menghangatkan kehidupan
Menghempas dingin yang diciptakan sang malam
Apa yang mampu kulakukan
Untuk mengagumi karya Sang Pencipta Alam